Topi Bambu menjadi salah satu bentuk kerajinan tangan yang terbuat dari anyaman bambu ini merupakan ciri khas dari kebudayaan di Kabupaten Tangerang. Topi Bambu ini menjadi salah satu ikon dari Kabupaten Tangerang dengan terdapatnya gambar topi bambu pada logo daerah tersebut.

Pada masa Hindia Belanda produk Topi Bambu hasil kerajinan tangan masyarakat Kabupaten Tangerang ini sempat mencapai masa kejayaannya. Produk yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut mampu menembus pasar Eropa dan Amerika bahkan dikabarkan pernah merajai mode Paris. Selain itu, topi anyaman bambu yang lazim disebut topi boni ini juga pernah menjadi simbol perlawanan petani dan rakyat melawan ketidakadilan kolonial.

Namun sekitar tahun 1930 kejayaan Topi Bambu Kabupaten Tangerang berakhir karena merosotnya angka ekspor akibat dari adanya perubahan mode yang diminati pasar dunia. Perkembangan Industri yang semakin maju akhirnya menjadikan kerajinan rakyat Kabupaten Tangerang ini semakin mengalami kemunduran, karena harus bersaing dengan pasar yang semakin ketat.

Berangkat dari kekhawatiran semakin mundurnya kerajinan dan industri tradisional Kabupaten Tangerang, lahirlah sebuah komunitas yang diberi nama Komunitas Topi Bambu. Agus Hasanudin adalah salah satu founder dari Komunitas Topi Bambu, Pria yang kerap disapa Kang Agus ini memiliki misi untuk menghidupkan kembali kreatifitas kerajinan Topi Bambu yang pernah tersohor itu supaya kembali jaya dalam negerinya sendiri hingga mancanegara.

Ia bersama dengan beberapa teman bloggernya membentuk sebuah komunitas yang bertujuan untuk mengeliatkan kembali kerajinan bambu di masa sekarang, membudidayakan bambu, agar lebih bernilai, dihargai, dan bisa dijadikan sarana wiraswasta oleh masyarakat umum.Komunitas Topi Bambu, yaitu sebuah komunitas yang dibentuk sebagai upaya untuk melestarikan dan membangkitkan kembali potensi hasil kerajinan dan industri tradisional Kabupaten Tangerang.

Komunitas ini memiliki tujuan untuk menjadi jembatan antara perajin dan konsumen agar semakin mempermudah dalam pemasaran dan penjualan produknya. Dimana karya-karya dari para pengrajin ini dipasarkan dan dijual melalui website dan sosial media resmi komunitas Topi Bambu. Selain itu karya-karya tersebut juga turut diikutsertakan pada pameran kerajinan baik di tingkat lokal maupun nasional.

Komunitas yang sudah berdiri sejak tahun 2011 ini sudah menggaet kurang lebih sebanyak 2000 pengrajin untuk bekerja sama. Produk yang dibuat tak hanya terbatas pada satu desain topi saja melainkan memiliki beberapa desain yang unik. Selain agar konsumen tidak bosan dengan produknya, hal tersebut juga dapat melatih tingkat kreatifitas para pengrajin.

Selain itu, beragam produk kerajinan bambu mulai dari jam, tas, kotak tisu, kursi hingga miniature semuanya diperkenalkan kepada masyarakat luas oleh komunitas ini. Karya-karya yang dihasilkan dari pengrajin mampu menarik perhatian konsumen dari dalam dan luar negeri.

Terbukti dari banyaknya permintaan dari masyarakat, baik yang datang dari masyarakat dalam negeri maupun luar negeri seperti Jepang, Prancis, Belanda, Timur Tengah, Korea, Hongkong, India dan masih ada lagi Negara lainnya  yang ikut memesan produk karya Komunitas Topi Bambu ini.

Saat ini Komunitas Topi Bambu tengah fokus untuk mengembangkan Lembaga Kursus dan Pelatihan Topi Bambu Foundation. Program pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan tradisi, budaya, kearifan, serta kekayaan lokal agar menumbuhkan kecintaan anak-anak muda saat ini pada hal tersebut hingga tertarik pada pelestarian industri bambu.